
cakrawala7.com – – Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko mengikuti keinginan warganya soal tempat relokasi bagi warga terdampak bencana tanah retak di Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo. Hal ini diungkapkannya usai memimpin rapat koordinasi di Ruang Bantarangin Gedung Pemkab Ponorogo, Senin (6/2/2023).
“Kami mengakomodir keinginan masyarakat walaupun tidak boleh meninggalkan kajian teknis, ekonomi, kajian hukum demi keselamatan. Termasuk pihak BRI kami datangkan. Pinjaman warga agar direstruk, agar tidak dikejar (tagihan) selama masa bencana berlangsung,” jelas Bupati Sugiri.
Untuk calon huntara (hunian sementara) adalah tanah milik Perhutani seluas 12 hektar berada di petak 143 masuk wilayah Dukuh Lungur Mojo, yang merupakan hutan produksi. Selama ini warga Tumpuk memanfaatkan hutan tersebut untuk bercocok tanam, mengambil getah pinus dan pertanian. Sehingga kalau relokasi terlalu jauh, maka warga akan kehilangan mata pencahariannya.
“Rakyat menginginkan di sana (Lungur Mojo) jadi kami penuhi. Itu kan bagian dari hutan yang sebagian dikelola rakyat. Itu juga tidak terlalu jauh dari zona merah, tapi masyarakat memandang aman karena letaknya di atas,” lanjut Kang Giri.
Selain relokasi, recovery juga akan dilakukan terhadap tanah yang retak. Kang Giri juga menegaskan, agar warga tidak melakukan kegiatan yang sifatnya merusak alam seperti mengambil batu, tanah, sehingga tidak akan terjadi goncangan yang menyebabkan bencana alam lagi.
“Ini juga upaya recovery yang sedang retak itu entah bagaimana caranya,” pungkasnya.
Sementara itu, sebanyak 43 KK segera memiliki rumah di huntara dengan bantuan dari Propinsi Jatim dan Pemkab Ponorogo untuk fasilitas umumnya (fasum). Sebelumnya, dari 4 alternatif tanah milik Perhutani yang akan mereka tempati, mereka memilih di Dusun Lungur Mojo, yang letaknya sekitar 1 km dari tempat asal.
Di dusun yang letaknya lebih tinggi dari huniam mereka yang saat ini sudah ‘luluh lantak’ digerus pergerakan tanah, dianggap aman karena selian lebih tinggi tanahnya juga berupa padas.
“Warga milih tempat dari 4 titik, milih yang di Lungur Mojo. Di situ padas, tapi ambil yang agak bawah bukan bukit. Alasan Lungur Mojo, dekat dengan yang lama. Kalau jauh sulit akses misalnya soal kandang dan mata pencaharian,” jelas Imam Wahyudi, warga RT 01/RW01 Dukuh Sumber, usai rapat koordinasi dengan Bupati.
Ayah satu anak ini mengaku mengalami kerugian Rp 400 juta dari kejadian tanah gerak itu, karena memilki 2 rumah yang salah satunya belum selesai dibangun. Namun demikian pihaknya mengaku pasrah kepada Pemerintah jika dibuatkan huntara berikut fasum. (ran)
Komentar