CAKRAWALA7.COM – Reyog dan Kabupaten Ponorogo diusulkan masuk sebagai ICH (Intangible Cultural Heritage, Warisan Budaya Tak Benda) di Unesco dan masuk dalam UCCN atau Unesco Creative Cities Network atau Jejaring Kota Kreatif Unesco. Targetnya, pada 2023 mendatang, dua hal ini bisa didapatkan oleh Ponorogo. 02 Oktober 2021.
Hal ini diungkapkan Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko usai menerima tim dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI di Ruang Bantarangin, Gedung Graha Kridha Praja Pemkab Ponorogo, Selasa (28/9/2021).
“Kita sedang berjuang agar dua sertifikat tersebut sekaligus. Yaitu reyog sebagai ICH oleh Unesco, The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization dan Ponorogo masuk dalam UCCN,” ungkap Bupati Sugiri.
Menurutnya hal ini penting sebagai bentuk penghargaan kepada para leluhur yang telah menciptakan reyog agar reyog menjadi milik Ponorogo tidak hanya secara kultur, tapi juga secara faktual. Pemkab Ponorogo bergandengan dengan tim dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk bisa mewujudkan hal ini.
Di UCCN, Ponorogo diusulkan sebagai kota folk and art craft atau pertunjukan dan seni kerajinannya yang berbasis kesenian reyog. Berbagai potensi ekonomi dan kreasi yang ada dari kesenian reyog akan digali kembali dan dipersiapkan sebagai indikator untuk masuk dalam UCCN ini.
“Saya sendiri yang akan memimpin tim ini. Tim ini terdiri dari akademisi, pelaku, dari Kemendikbud. Sebuah tim yang lengkap agar apa yang kita siapkan bisa nyambung dengan yang dibutuhkan untuk bisa masuk ke Unesco,” ulasnya.
Dikatakannya, tim ini punya waktu satu tahun lebih untuk menyiapkan berbagai hal. Mulai dari naskah akademik, berbagai dokumen sampai pada kebijakan pemerintah dan berbagai indikator lain yang diperlukan.
“Sehingga reyog tidak hanya menjadi tontonan tetapi juga menjadi masa depan anak cucu kita di masa depan,” ulasnya.
Peneliti dari Kemendikbud, Damarjati Kunmaryanto, yang masuk dalam tim ini mengatakan, Ponorogo sangat berpeluang untuk mendapatkan kedua platform. “Untuk masuk UCCN dan ICH, peluangnya sangat terbuka. Pertunjukan dan craftnya sangat mendukung,” terangya.
Potensi yang ada di Ponorogo, lanjutnya, bisa digali dan dikembangkan. Khususnya yang terkait dengan reyog. Terutama tentang reyog yang bisa mengembangkan kreasi dan inovasi di kalangan pelaku dan menyejahterakan para pelaku budaya reyog. Ponorogo dengan reyognya berpeluang masuk UCCN dari sisi pertunjukan dan kerajinannya.
“Jadi kami menilai Kota Ponorogo maupun reyog itu sendiri sangat berpeluang untuk dinominasikan atau terdaftar dalam ICH Unesco dan UCCN,” ulasnya.
Menurutnya sejumlah hal perlu dibenahi. Mulai dari berbagai kebijakan terkait pelestarian reyog, roadmap untuk pengembangan seni pertunjukan reyog bisa dilaksanakan dan perda atau perbup yang bisa dilahirkan sehingga upaya-upaya pelestarian yang dilakukan pemerintah ada wadahnya.
“Itu akan kita lakukan mulai hari ini sampai 2023 nanti (untuk dinominasikan dan didaftarkan ke Unesco),” pungkas Damar. (ay)
Komentar