CAKRAWALA7.COM – Mengejutkan. Lembaga survei independen di Jawa Timur, The Republic Institute melansir hasil survei elektabilitas pasangan calon pemimpin daerah Ponorogo yang dikenal sebagai “Bumi Warok” –identitas seni Reog—jelang Pilkada 9 Desember nanti, ternyata pasangan calon inkamben kalah telak.
Survei dengan mengambil sampel di 21 kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten Ponorogo, pasangan Sugiri-Lisdyarita mengungguli pasangan petahana (inkamben) Ipong-Bambang dengan selisih cukup signifikan. Yakni, terpaut 10,2%. Elektabilitas Sugiri-Lisdyarita mencapai 52,7%, Ipong-Bambang Tri 42,5%.
Meski begitu, perolehan suara dukungan pasangan calon (Paslon) kedua kandidat itu, masih terdapat 4,8% suara undecided voters yang dapat diperebutkan kedua paslon. Hanya saja, kalau pun Ipong-Bambang Tri mampu “all out” merebut 4,8%, komposisi elektabilitas Sugiri-Lisdyarita tetap unggul.
Disebutkan, tren suara masyarakat Ponorgo cenderung memilih Sugiri-Lisdyarita semakin terasa sejak dua bulan terakhir.
“Kami The Republic Institute sudah melakukan dua kali riset di bulan Oktober dan Nopember. Dari kedua riset tersebut terdapat perbedaan tren suara dari kedua pasangan calon. Hasil elektabilitas kedua paslon menunjukkan pergeseran suara. Pasangan Sugiri-Lisdya memperlihatkan tren naik. Sebaliknya, pasangan Ipong-Bambang Tri menunjukkan tren turun,” demikian papar lembaga nirlaba The Republic Institute, Kamis (3/12/2020).
Faktanya, pada survei pertama Sugiri-Lisdya memperoleh 49,5%, kemudian survei kedua naik 3,2% menjadi 52,7%. Paslon Ipong-Bambang Tri dari 44% turun 1,5% menjadi 42,5%.
Hasil penelitian The Republic Institute menyerap fenomena mengejutkan calon Petahana tertinggal hingga lebih dari 10% itu. Disebutkan, terdapat faktor atau variable utama yang menyebabkan incumbent tidak lagi memperoleh simpati, kesukaan dan pilihan bagi masyarakat Ponorogo untuk melanjutkan kepemimpinan ke periode kedua.
“Menurut analisis kami, faktor utama yang mengalihkan pilihan masyarakat adalah kinerja Bupati diberbagai sektor penting yang dinilai kurang maksimal, karena kepuasan masyarakat terhadap kinerja bupati tergolong rendah, yaitu sebesar 60,2%,” ungkap TRI.
Berdasarkan pengalaman lembaga independen ini dibidang riset voting behavior, jika selisih lebih dari 10% dengan sisa waktu pencoblosan tinggal 6 hari lagi, maka akan sulit bagi lawan untuk menyusul elektabilitas Sugiri-Lisdya.
“Jika ada perubahan pilihan, hasilnya tidak akan mampu membalikkan keadaan atau peluangnya sangat kecil, meskipun tetap masih ada peluang bergeser hasilnya, baik bagi paslon nomor urut 1 maupun paslon nomor urut 2,” ungkap TRI.
Rendahnya suara pasangan Ipong-Bambang Tri itu, TRI menguraikan hal itu dapat dilacak pada tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni dan wakilnya selama periode 2015-2020. Tingkat kepuasan masyarakat hanya 60,2% terhadap Bupati dan hanya 50,3% kepada Wabup.
“Nilai itu kalau dikonversi dalam dunia akademik, hanya equivalent dengan nilai C cukup. Artinya, kinerja Bupati Ipong selama menjabat bupati tidak baik-baik amat, apalagi exelent. Problem penilaian masyarakat atas kepuasan kinerja pemerintah ini penyumbang terbesar akan kemerosotan Petahana menjelang Pilkada langsung 2020 ini,” papar TRI.
Semntara itu dari sisi popularitas, TRI mendata Cabup nomor urut 2, Ipong masih yang tertinggi walau selisih tipis, yaitu sebesar 97,2%. Wajar, karena sebagai Cabup Petahana. Namun, hanya terpaut 0,4% dari Cabup Sugiri yang meraup 96,8%.
Aspek popularitas kedua Cabup hingga akhir masa kampanye sudah cukup ideal, karena mereka dikenal pemilih lebih dari 95%. Berbeda dengan popularitas Cawabup Ponorogo 2020, Lisdiyarita yang kader PDI Perjuangan. Cawabub pasangan nomor urut 1 ini mengungguli Bambang Tri. Namun, popularitas kedua Cawabup belum ideal, karena di bawah 70%, Lisdiyarita 67,8% dan Bambang Tri 64,2%.
Hasil survei TRI terkait kesukaan, kepantasan atau akseptabilitas, Cabup Sugiri unggul dengan selisihnya hampir 8% dari Ipong, Sugiri memperoleh 93% sedangkan Ipong 85,3%. Tingkat kesukaan masyarakat Pnorogo terhadap Lisdyarita juga lebih tinggi dibandingkan Bambang Tri. Yaitu, 63,2% untuk Lisdyarita dan 58,7% untuk Bambang Tri.
“Tingkat kesukaan, kepantasan, dan akseptabilitas masyarakat terhadap calon ini akan memengaruhi pada aspek elektabilitasnya. Semakin tinggi tingkat kesukaan terhadap calon, maka peluang keterpilihannya juga akan semakin naik,” demikian temuan survei TRI.
Teknik pengambilan sampel adalah Multi–stage Random Sampling dengan jumlah sampel keseluruhan 600 responden tersebar di 21 kecamatan. Kemudian, sampel diturunkan ke tingkat desa lalu ke tingkat RW, RT, Rumah dan menentukan subjek penelitiannya.
Proses pengambilan sampel (wawancara) dilakukan pada tanggal 22-30 November 2020. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Multi-stage Random Sampling ini dengan margin of error sebesar 3,8 %. (C7)
Komentar