cakrawala7.com – Para diaspora eks – Karesidenan Madiun yang lama merantau di berbagai daerah di Indonesia ternyata tidak lupa dengan tanah kelahirannya. Tidak hanya ingatan, keinginan untuk berkontribusi memajukan tanah kelahiran tertanam kuat di hati mereka.
Mereka mulai merancang keinginan tersebut dengan para diaspora yang tergabung dalam Paguyuban Pawitandirogo (Pacitan, Ngawi, Magetan, Madiun, dan Ponorogo) pada momen di Sasono Utomo Taman Mini Indah Indonesia (TMII) Jakarta, Minggu (14/5). Kali ini Paguyuban Warga Ponorogo (Pawargo) bertindak sebagai tuan rumah.
Ketua Pawargo, Susiwijono Moegiarso menuturkan, halalbihalal ini dijadikan sebagai diskusi pembuka merumuskan langkah-langkah konkrit keterlibatan mereka memajukan Madiun Raya.
“Diskusi kita simpulkan dan kita adakan acara lagi di Madiun untuk merancang aksi konkrit apa yang bisa kita lakukan,” ujar Susiwijono.
Mengapa Madiun Raya, Susiwijono menjelaskan, untuk memajukan kawasan, tidak akan efektif bila setiap kabupaten berjalan sendiri-sendiri. Harus ada sinergi dan saling melengkapi untuk mengakselerasi pembangunan yang telah dirancang.
Ia mencontohkan untuk memajukan sektor pariwisata,objek wisata di Madiun Raya harus diintegrasikan. Hal ini jauh lebih efektif untuk menarik wisatawan mancanegara. Begitu juga dengan pembangunan di sektor lainnya seperti manufaktur.
“Antar kabupaten tidak boleh saling bersaing, harus bersinergi dan saling melengkapi. Misanya pariwisata sulit menarik wisatawan asing jika hanya satu objek wisata. Jadi wisata di Magetan, Ponorogo, Madiun, Ngawi, dan Pacitan kita integrasikan,” tekannya.
Jika program – program pembangunan dikolaborasikan dan saling melengkapi, ia optimis kawasan Madiun Raya akan menjadi pusat ekonomi Jawa Timur bagian Barat. Hal ini berkaca dari potensi yang dimiliki kawasan tersebut.
Bupati Ponorogo yang hadir lengkap dengan Wakil Bupati dan kepala dinas mengatakan siap berkolaborasi dengan para diaspora dan daerah lain memajukan Ponorogo. Bahkan sejak awal ia mengajak dan membuka pintu bagi siapa saja yang memiliki rasa cinta kepada Bumi Reog untuk berkontribusi.
”Siapapun yang memiliki kelebihan waktu, ruang, kekuasaan atau apapun kami berharap untuk berbuat konkrit kepada kota yang telah melahirkannya,” ucap Sugiri Sancoko. (adv/lis)
Komentar