cakrawala7.com – Ada banyak alasan, seseorang akhirnya memutuskan untuk berkhianat (betrayed) dari satu kubu yang selama ini ia ikuti. Bukan hal janggal lagi ketika dirinya merasa tidak nyaman dan dilindungi kepentingannya.
Selasa, 05 Juli 2022.
Kepentingan di sini maksudnya adalah segala hal yang ia usulkan, mulai tidak ditanggapi. Atau dirinya tidak dilibatkan dalam berbagai diskusi penting di kelompol tersebut. Hal tersebut disampaikan oleh Hascaryo Pramudibyanto, S.Sos., M.Pd. Dosen Jurusan llmu Komonikasi Universitas Terbuka.
.
Pidato Ketua Umum PDIP yang menyatakan bahwa orang yang berdiri di dua kaki, silakan mundur dari moncong putih. Pernyataan tersebut ditengarai sebagai sebuah sinyal, yang didasari oleh fenomena politik belakangan ini.
” Diyakini pula bahwa kader partai ini ada yang sudah ditimang partai lain. Kita jujur saja, bahwa Ganjar Pranowo sudah dilirik partai lain,” ucap Megawati.
Padahal, kebiasaannya di PDIP, semua tahu kalau gagasan calon pimpinan daerah apalagi calon presiden, harus dari dirinya.
Tanpa melalui ucapannya, semua tidak berlaku. Pola komunikasi politik semacam ini, oleh kader PDIP sudah dipatuhi. Tidak ada yang berani melanggar, sebab konsekuensinya jelas: dikeluarkan atau silakan mundur secara sadar.
Padahal, Ganjar sendiri belum terbukti kalau dia menyodorkan diri untuk dicalonkan. Dirinya sadar kalau masih menjadi bagian dari PDIP sehingga tak mungkin ada di dua kaki.
Terselip pikiran semacam ini juga, bahwa Ganjar dijadikan umpan untuk menggoyang internal PDIP yang dikenal solid hingga akar rumput.
‘Keikhlasan’ Ganjar yang dijadikan bulan-bulanan partai lain, patut diacungi jempol. Ia pun selalu bisa mengelak ketika awak media berusaha menekannya untuk mengeluarkan penyataan politis.
Materi politik yang Ganjar peroleh selama belajar di PDIP, ia terapkan dengan baik di saat situasi kritis.
Ganjar juga sadar jika dirinya memang di-betrayed-kan pihak lain.
Kocokan air bening di PDIP makin memperkeruh guna menjaga dan menyorongkan capres lain di internal partainya. Semua sudah mahfum dan harus tunduk pada keputusan ketua umum partai.
Bahkan, sebenarnya tak bisa dimaknai pula bahwa tuduhan berdiri di dua kaki adalah sebuah pengkhianatan. Belum tentu seperti itu. Seakan ada yang dipaksakan supaya Ganjar memang sedang di dua kaki.
Tetapi, bukan Mega juga kalau tak pandai menggoreng statemen politis. Yang ia dengar dan saksikan sendiri, adalah buntut panjang dari skenario besar 2024.
Mega menegaskan, Mega pula yang harus langsung bicara di depan kadernya dengan sebutan kalian. Padahal di situ ada Jokowi yang masih duduk di kursi kepresidenan, mengangguk mengiyakan.
Diksi kalian dalam komunikasi politik seakan menegaskan bahwa apapun jabatan kenegaraan atau politis yang disandang kader PDIP, semuanya runtuh di hadapan ketua umumnya. Semua berderajat sama, dan konteks diksi kalian – lebih menyerupai adanya kolegi atasan dan bawahan yang sangat tegas.
Akankah Ganjar mampu bertahan dengan angin politik ini, atau ia akan berdiri di satu kaki meskipun goncangannya sangat kuat, meskipun usia dan energinya masih prima. Namun, jika itu adalah amunisi partai untuk memarkirkan karir politiknya, berarti ia berhak untuk berlari dengan dua kaki sesegara mungkin.
Ditulis oleh : Hascaryo Pramudibyanto, S.Sos., M.pd. Dosen Jurusan Ilmu Komonikasi Universitas Terbuka. Tinggal di kota Semarang.
Komentar