Cakrawala7.com.Ponorogo – Jumlah pengrajin sangkar burung dari Desa Kalisat Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo hingga saat ini sudah mencapai kurang lebih 50 pengrajin. Para pengrajin ini berharap adanya bantuan permodalan dari Pemerintah untuk mengembangkan usahanya. Minggu (14/6/2020).
Basuki (38) warga Dusun Kalisat Tengah yang mengaku sudah 24 tahun menekuni sangkar burung, menjelaskan lebih banyak merajin sangkar burung perkutut. Bahkan ia menekuni ini saat masih sekolah.
“Saya sudah 24 tahun menekuni kerajinan sangkar burung ini sejak saya masih sekolah dulu sampai sekarang. Tapi saya banyak membuat sangkar burung Perkutut, karena lebih mudah dan irit bahan untuk membuat sangkar burung Perkutut,” katanya.
“Saya buat sangkar ini borongan mas, pengerjaan selama 15 hari dapat 20 atau 30 sangkar. Saya menjual hanya ke pengepul. Dan itu saja juga tergantung cuaca bila musim kemarau sebulan bisa menyelesaikan 100 buah sangkar sementara kalau hujan hanya sekitar 50 atau 60 an sangkar, karena pekerjaan ini menggantungkan dari terik panas matahari mas,” imbuhnya.
Basuki sangat berharap adanya uluran tangan dari Pemerintah untuk mendapatkan pembinaan dalam segi pemasaran maupun dalam bentuk permodalan atau harus mendapatkan pinjaman lunak yang tidak membebani pengusaha kecil.
“Tidak ada bantuan sama sekali mas, ini murni swadaya. Kalau ada selama ini di modali (dipinjami) oleh pengepul, sehingga kami pun sangat sedikit sekali dalam mendapatkan keuntungan. Harapan saya ada bantuan sejenis modal ataupun pinjaman lunak dari Pemerintah serta dibantu untuk harga jual sangkar agar bisa setara dengan bahan baku dan kami pun sama sekali tidak pernah mendapatkan pembinaan soal pemasaran,” keluh warga Dusun Kalisat Tengah ini.
Seperti uraian Basuki, untuk menjual kerajinannnya ia menerangkan kalau dijual polosan harganya 55 ribu per sangkar kalau harga sudah jadi gambaran atau bemotif harganya 65 ribu dari pengrajin ke pengepul.
Sementara Isrok, seorang pengrajin juga pengepul sangkar burung yang juga masih bertetangga dengan Basuki mengaku menekuni pekerjaan ini sejak tahun 1992. Ia mengatakan kalau dirinya menerima hasil karya dari sekitar 50 an pengrajin di wilayahnya.
“Saya menampung dari kurang lebih 50 an pengrajin kalau selebihnya ke pengepul lain, karena saya khusus sangkar Perkutut dan Pugeru atau burung Kuku,” katanya.
Untuk pemasaran ini tergantung permintaan dari pengepul atau pedagang luar kota. Karena ia banyak kirim sangkar tersebut ke Trenggalek, Tulungagung, dan Blitar.
“Soal pemasaran terkadang sulit atau lama tapi juga terkadang cepat terjual sangkar-sangkar yang saya tampung dari banyak pengrajin ini, tergantung permintaan. Selain itu kendala bahan baku bambu agak sulit saat ini. Kalau soal harga dari pengrajin variasi ada yang 60, 70, bahkan ada yang 300 ribu. Kami beli putihan (polosan) juga ada yang sudah siap jual, tapi selama ini yang banyak putihan atau yang masih polos belum diberi warna atau motif,” ungkap Isrok.
Kalau terkait bantuan Isrok mengaku pernah ada bantuan alat dari Pemerintah berupa alat tetapi sudah lama dan sekarang alat tersebut sudah tidak bisa dipakai lagi.
“Dulu ada bantuan peralatan tapi sudah lama sekalai dan saat ini alat tersebut sudah rusak. Sampai saat ini belum ada bantuan alat lagi. Kalau soal bantuan permodalan saya pernah mendapatkannya,kalaupun ada saya tidak tah bagaimana cara mengajukannya, karena selama ini tidak pernah ada sosialisasi, kalau ada bantuan kami sangat senang karena kami sebulan bisa menjual kurang lebih 1500 – 2000 unit sangkar,” pungkasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Perdakum Ponorogo, Adien Andanawarih ketika dikonfirmasi terkait keluhan pengrajin sangkar burung ini tidak memberikan jawaban kepada awak media. Akan tetapi ada pernyataan soal permodalan ketika di konfirmasi terkait kerajinan batik beberapa saat yang lalu.
“Kalau butuh modal disilahkan mengajukan ke bidang koperasi UMKM,”
“Apa sudah pernah dilakukan pengajuan modal usaha? disana itu tempat permodalan baik bantuan atau utang dengan cicilan yang ringan,” jelas Adien beberapa hari lalu. ( NS )
Komentar