cakrawala7.com – Grebeg Suro merupakan salah satu mahakarya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo untuk menjadikan kesenian Reog mendunia. Grebeg Suro sebuah tradisi masyarakat Ponorogo, dalam menyongsong tahun baru Islam yakni 1 Muharram. Tradisi yang sudah turun temurun itulah, yang akan mentahbiskan kesenian Reog benar-benar asli dari Ponorogo.
Tidak akan ada lagi, klaim-klaim dari negara lain atas kesenian Reog. Reog nanti, seperti halnya barongsai, mau dipentaskan dibelahan dunia manapun, semua orang tahu, bahwa barongsai berasal dari negeri Tiongkok. Hal itulah yang sejak dulu selalu diupayakan oleh Pemkab Ponorogo lewat Grebeg Suro. Membuat kesenian Reog Ponorogo mendunia.
Sadar tidak hanya lewat Grebeg Suro, beberapa tahun terakhir Pemkab Ponorogo, mulai mengirim delegasi seniman-seniman reog Ponorogo untuk pentas di luar negeri. Yakni yang dilakukan pada tahun 2022 lalu. Sebanyak 14 seniman, melakukan misi kebudayaan ke negara Belanda, Belgia, Jerman dan Prancis. Para seniman itu, melakukan aksi pertunjukan reog di depan masyarakat 4 negara di benua Eropa tersebut.
Selain itu, misi menduniakan reog juga dilakukan lewat para pekerja migran asal Ponorogo. Saat ini, sudah ada grup-grup reog di luar negeri yang pemainnya merupakan pekerja migran Indonesia (PMI). Misalnya di Taiwan, Malaysia, dan Korea Selatan. Bahkan grup reog dari Korea Selatan juga pernah berpartisipasi dalam ajang Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) saat kegiatan Grebeg Suro beberapa tahun yang lalu.
“Selain tradisi masyarakat menyongsong tahun baru Islam, Grebeg Suro digunakan Pemkab untuk melestarikan budaya asli Reog Ponorogo,” kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Ponorogo, Judha Slamet Sarwo Edi, Selasa (11/07/2023).
Dalam rangkaian 27 kegiatan Grebeg Suro 2023, setidaknya ada 2 event yang berfokus pada upaya pelestarian kesenian Reog Ponorogo. Yakni Festival Reog Remaja dan Festival Nasional Reog Ponorogo. Bahkan untuk tahun 2023 ini, Festival Nasional Reog Ponorogo kembali masuk dalam daftar Kharisma Event Nusantara (KEN). Di mana, KEN merupakan kalender wisata milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
“Festival Nasional Reog Ponorogo tahun 2022 lalu, ditetapkan oleh Kemenparekraf sebagai TOP 10 KEN. Menjadi nominasi terbaik ke-2 se Indonesia, setelah Dieng Culture Festival. Tentu prestasi ini, akan melecut kami untuk tampil lebih baik lagi dalam Grebeg Suro tahun ini,” katanya.
Rasa-rasanya menjadikan Reog Ponorogo untuk diakui dunia pun tinggal menunggu waktu. Peluang Reog sebagai Intangible Cultural Heritage (ICH) United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau warisan budaya tak benda oleh UNESCO kembali terbuka. Setelah pada tahun lalu, harus gigit jari karena kalah dari jamu. Bahkan oleh UNESCO, status Reog ialah Urgent Safeguarding List (USL) UNESCO.
“Reog statusnya Urgent Safeguarding List (USL) UNESCO. Jadi dapat diusulkan pada tahun ini,” kata Judha.
Selain menduniakan Reog, status ICH UNESCO juga dibutuhkan demi mempertahankan hak Pemerintah Indonesia terkait Reog. Hal itu penting, supaya tidak ada negara yang akan mengakusisinya.
Tak dapat dipungkiri, meski Grebeg Suro bisa mendatangkan puluhan ribu penonton. Namun wisatawan yang hadir berkunjung, masih wisatawan lokal. Dengan nanti disahkannya Reog sebagai ICH UNESCO, bukan tidak mungkin, Grebeg Suro ke depannya bakal dibanjiri oleh wisatawan dari luar negeri. Hal itu juga bisa membuktikan bahwa Grebeg Suro merupakan mahakarya Ponorogo untuk Reog mendunia. Semoga saja, dan endhingnya cuan, artinya ada pertumbuhan ekonomi di Ponorogo.(Adv/lis)
Komentar