CAKRAWALA7.COM-Memperingati Hari Wayang Nasional Hari para pelaku seni mengapresiasikan dalam bentuk gelaran tarian ditempat umum. Sebanyak 36 sanggar tari di Ponorogo sepakat menggelar flashmob seni tari yang bertempat di Jln HOS Cokroaminoto, Ponorogo, Sabtu Malam 20 November 2021.
Pagelaran kesenian tradisional di tempat yang menjadi ikon baru Ponorogo itu diharapkan dapat melestarikan budaya khas Ponorogo sekaligus menggugah semangat budaya warga. Beberapa seni tari yang ditampilkan yakni Bambang Cakil, Bedoyo, Srimpi, dan Srampat Ponoragan.
“Malam ini kita gelar pertunjukan dengan harapan masyarakat dapat tergugah kembali memorinya, bahwa sebenarnya kita memiliki kesenian yang adiluhung,” kata Sudirman, Ketua Sanggar Seni Kartika Puri Joglo Paju.
“Pagelaran kesenian tari ini untuk memperingati Hari Wayang Nasional, untuk merawat sekaligus melestarikan budaya supaya tidak punah, dan menggairahkan kembali minat masyarakat pada seni budaya yang menjadi warisan leluhur bangsa.”
“Dalam pentas perdana ini, kita tampilkan seni khas tari Ponoragan. Dan karena kondisi masih dalam situasi pandemi, maka prokes tetap kita terapkan,” tambah Didik Harianto, Ketua Panitia Acara.
Sejumlah pelaku seni memandang bahwa Jln HOS Cokroaminoto sebagai tempat yang prospektif. Sudirman berharap seniman bisa menggelar pentas secara rutin di Malioboronya Ponorogo. Dirinya yakin, selain nguri – nguri budaya, berbagai pentas seni dapat berdampak positif bagi perekonomian dan pariwisata di Kabupaten Ponorogo.
“Jln HOS Cokroaminoto ini sangat menguntungkan. Kalau dalam hal budaya misalnya saya punya ide, setiap selapan atau 35 hari, kita adakan perform, kita gandeng teman-teman seniman dari eks-Karesidenan Madiun. Mereka pasti datang beserta massa, kemudian massa tersebut pasti akan belanja disekitar sini, hal ini harus kita manfaatkan, fasilitas ini bagus, saya fikir tidak setiap kota ada.
“Ini jika kita lakukan secara rutin, pasti kita punya potensi wisata yang bagus. Dari berbagai pentas kesenian, bisa dari seni tari, seni teater, seni rupa, ataupun seni lainnya,” kata Sudirman.
Karena dalam masa pandemi, dalam acara flashmob prokes tetap diterapkan dan pertunjukan dibatasi dengan hanya menampilkan cuplikan tari. Para seniman mengaku gembira karena mendapat kesempatan untuk tampil di depan publik kembali walaupun masih dalam suasana yang serba terbatas.
“Sebetulnya, kalau di sanggar kami, setiap bulan tetap kita gelar pertunjukan walaupun ada pandemi, tapi pertunjukan tertutup dengan prokes. Pandemi memang berdampak pada seniman, tapi kita tidak boleh diam, harus tetap berkarya. Pentas bisa kita batasi, bisa secara virtual, jangan vakum dan stagnan serta harus inovatif dan kreatif, seniman harus tetap bergerak dan berkarya,’ pungkasnya. (ay)
Komentar