(Cakrawala7.com)- Ponorogo – Kejadian Bencana Nasional pandemi Covid-19 ini sangat berdampak bagi kehidupan masyarakat. Terutama masyarakat yang hidupnya ditopang oleh pekerjaaan harian. Sehingga dari kejadian tersebut, mereka berusaha untuk bisa bertahan hidup tanpa mengandalkan adanya bantuan.
Seperti yang dialami pedagang pakaian asal Sumatera Barat, yang sudah lama hidup di Ponorogo. Merasa kesulitan berjualan pakaian semenjak Aloon-Aloon Ponorogo di tutup pada malam hari, karena adanya wabah virus Corona ini.
Ia adalah Adam warga asli Padang Sumatera Barat yang sudah menjadi penduduk dan ber KTP Kelurahan Brotonegaran sejak tahun 2003 lalu. Adam yang mengaku sudah cerai dengan istrinya itu harus menghidupi kedua anaknya yang ikut denganya.
“Saya harus banting stir setelah adanya wabah virus Corona ini, biasanya saya jualan pakaian pada malam hari di Aloon-Aloon Ponorogo. Dengan adanya wabah Corona ini, Aloon-Aloon Ponorogo di tutup untuk aktivitas karena mengurangi kerumunan orang. Makanya saya sekarang jualan masker di jalan Gajah mada ini,” kata Adam. Sabtu (2/5/2020).
Karena menurut Adam banyak kebutuhan yang harus di cukupi. Kalau tidak banting stir apa yang mau di gunakan untuk menutup kebutuhan ini. Sementara dirinya tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah.
“Meski saya warga Brotonegaran tapi saya kost di di Jalan Pramuka. Saya punya tanggungan 2 anak yang masih sekolah semua, satu kuliah di Jogja, dan satu masih kelas 2 SMP di Ponorogo ini. Anak saya yang sedang kuliah di Jogja juga kost, jadi saya harus mencukupi kebutuhan kost saya dan anak saya. Juga harus mencukupi kebutuhan makan sehari-hari, serta tanggungan cicilan sepeda motor. Kalau saya tidak jualan masker ini, anak-anak saya gimana mas? Sementara tidak mungkin kami mengandalkan bantuan yang tidak pernah kami dapatkan,” keluhnya.
Ia berjualan masker dengan lapak seadanya di depan gedung KPPT Pratama. Berjualan dari pagi hingga sore, karena malam hari lokasi lapaknya dipakai orang lain. “Tempat ini saya nebeng karena sore di tempati orang. Untuk masker yang kami jual ini mulai dari harga Rp.5000 hingga Rp.15 000,” imbuh Adam.
Bapak 2 anak ini juga mengaku kalau jualan masker awalnya memang tergolong laris, tapi sekarang sudah biasa. ” Saya berjualan masker baru 2 minggu lebih, kalau rata-rata perhari tidak sama mas, dulu awalnya 200 masker terjual. Kalau sekarang hanya 50 sampai 100 masker terjual perharinya, yang penting kita masih bisa bertahan hidup ditengah pandemi Covid-19 ini, dan saya berharap segera berakhir ujian ini,” pungkas bapak dua anak tersebut.
Editor : Lea
Reporter : Nas
Komentar