oleh

” Puli capar ” Kuliner Resep Turun temurun Satu Satunya di Ponorogo

Cakrawala7.com.Ponorogo – Makanan puli mungkin sudah terasa asing di telinga kita, karena jarang dijumpai di warung-warung atau di pusat jajanan di perkotaan. Namun jajan satu ini masih ada dan bahkan disajikan dalam bentuk puli capar atau puli pecel.

Kalau biasanya puli disajikan dengan cara digoreng, namun kali ini di Desa Munggu Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo puli disajikan mentah dan dicampur dengan bumbu pecel. Uniknya bumbu pecel di sini bukan sambal kacang, namun sambal kelapa (srondeng awur).

Kuliner puli capar di desa Munggu kecamatan Bungkal

Bagi masyarakat wilayah Bungkal bagian selatan tak ada yang tak kenal bila malam pasaran Pon dan Kliwon dengan jajan “puli capar atau puli pecel sambel kelopo “. Kuliner yang ditekuni secara turun temurun dan hanya ada bila malam hari menjelang malam pasaran Pon dan Kliwon (red penaggalan Jawa) oleh pasangan suami istri Tukiran (50) dan Giyem (53) warga RT 02 RW 01 Lingkungan Nglengkong, Dusun Ngemplak, Desa Munggu, Kecamatan Bungkal ini.

“Dulu orang tua saya sudah jualan puli capar ini, dan saya teruskan sampai sekarang. Malam pasaran (Pon dan Kliwon) sudah hafal orang pembeli, ya dari desa sekitar sini aja dan juga desa-desa lain yang dekat sini,” kata Giyem.

Ketika disinggung omset, Giyem tak begitu bisa menghitung detailnya hanya bisa menjelaskan habisnya bahan. “Gimana ya mas menghitungnya, ya yang jelas gak rugi semua bahan saya buat sendiri mulai tempe dan capar (cambah atau toge kacang hijau). Untuk kedelai di satu malam pasaran habis 10 kg untuk bahan tempe, dan setelah jadi tempe semalem habis 500 tempe, untuk puli habis 3 liter beras dan untuk kacang hijau nya habis 1,5 liter,” jlentreh Ibu dua anak ini.

Untuk harga Giyem mengaku sudah biasa dijual harga pedesaan. “Tempe goreng 2000 rupiah dapat tiga biji, untuk puli capar se-porsi 1500 hingga 2000 rupiah per-bungkus (per geneman),” ungkapnya.

Terkait resep yang membuat orang banyak menjadi pelanggannya tersebut karena rasa khas yang dari dulu hingga sekarang tidak pernah merubahnya dan tidak ada di daerah lain. “Yang membuat beda ini sambelnya, bumbu pecel sambelnya kacang namun kami pakai kelapa goreng atau srondeng dan ini jarang ada,”

Giyem yang berjualan puli pecel atau puli capar ini tiap malam Pon dan Kliwon sejak pukul 20.00 WIB hingga pagi. “Ya saya ngalayani orang -orang yang melek malam mas, ada yang dimakan sini dan pasti yang dibungkus dibawa pulang juga lebih banyak, jadi hingga menjelang pagi hari lagi banyak saja orang datang,” pungkasnya.

Kuliner makanan khas pedesaan

Ridlo salah satu pemuda setempat yang dijumpai saat membeli puli capar untuk dibawa pulang. “Saya sudah langganan disini setiap malam Pon dan Kliwon saya beli untuk dibawa di Poskamling, disini itu murah, enak, dan kenyang pokoknya serba panas gorengannya,” tuturnya.

Hal serupa juga di sampaikan Sugeng warga Desa Bekare yang juga ketemu dengan tim dari media ini saat membeli. Sugeng mengaku berlangganan karena rasanya khas dan langka.

“Rasa puli capar ini khas gurih dan serba hangat, sambelnya ini mas yang membuat gurih terbuat dari kelapa diparut dan digoreng. Saya belum pernah menjumpai dimana-mana selain di Bu Giyem Munggu ini. Kayaknya di Ponorogo hanya di Bu Giyem yang ada puli capar bumbu kelapa,” pungkasnya. (Tim)

Komentar

Leave a Reply

News Feed