cakrawala7.com – Grebeg tutup Suro di Ponorogo kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, penutupan ini diakhiri dengan kirab budaya yang dilaksanakan di Monumen Bantarangin, Desa Sumoroto, Kecamatan Kauman, Ponorogo.
Bahkan dalam kirab budaya ini juga dihadiri Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa bersama Forkopimda, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko dan jajaran. Mereka mengendarai kereta kuda dan berkeliling menyapa masyarakat.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko mengatakan tiap bulan Suro atau Muharram, Ponorogo selalu punya agenda rutin tahunan. Mulai dari Grebeg Suro, Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP), Larung Sesaji, Kirab Budaya, hingga Grebeg Tutup Suro.
“Tahun ini Grebeg Tutup Suro dilaksanakan di Monumen Bantarangin, supaya tidak hanya budaya yang tumbuh tapi juga perekonomian bisa tumbuh di Ponorogo bagian barat,” tutur Sugiri Sancoko kepada media, Selasa, 15 Agustus 2023.
Sugiri Sancoko pun berterima kasih karena kirab budaya kali ini juga dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah yang berkesempatan ikut berkeliling mengendarai kereta kuda dan menyapa masyarakat.
“Tahun ini meriah karena Ibu Gubernur rawuh (datang) mudah-mudahan tahun depan lebih besar lagi,” terang Sugiri Sancoko.
Sementara, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menambahkan bulan Muharram jadi bulan istimewa karena Allah menurunkan banyak kemenangan kepada hamba-Nya.
“Ada perjuangan, ada pengorbanan dan ada kemenangan. Oleh karena itu mudah-mudahan rejeki panjenengan didekatkan oleh Allah, dilipatgandakan,” ujar Khofifah.
Menurutnya, dia bersyukur bisa menjadi bagian dari pelestarian budaya Grebeg Suro di Ponorogo. Karena Ponorogo jadi destinasi wisata budaya di Jawa Timur dengan keunggulan Reog-nya.
“Sangat banyak pemimpin Nasional yang berharap bahwa aktivitas dan kegiatan Reog bisa disajikan setiap hari, siapa saja yang datang ke area Mataraman akan merasa tidak cukup jika tidak ke Ponorogo. Yang ke Ponorogo belum selesai mengenang Ponorogo kalau belum menyaksikan atraksi Reog Ponorogo,” tukas Khofifah.
Berbagai upaya, lanjut Khofifah, terus dilaksanakan Pemkab Ponorogo maupun Pemprov Jatim untuk mencatatkan Reog Ponorogo ke UNESCO sebagai warisan budaya. Ponorogo terlahir dengan budaya.
“Di Medan, Aceh, Sulawesi Selatan ketika dipentaskan tetap namanya Reog Ponorogo. Bahkan ketika dipentaskan oleh masyarakat Indonesia yang ada di Malaysia namanya tetap Reog Ponorogo,” tandas Khofifah.
Khofifah pun ingin pelestarian Reog Ponorogo terus dilakukan agar menjadi kekuatan budaya dan membangun karakter serta menjunjung tinggi harkat dan martabat warga Ponorogo.
“Ponorogo luar biasa. Oleh karena itu bersama-sama kita mendorong supaya diloloskan UNESCO saya sudah berkoordinasi jikalau tidak atas nama Indonesia maka bisa bersama-sama dengan Malaysia, Hongkong, Taiwan disana Reog Ponorogo sering dipentaskan itu lebih memungkinkan semua merasa memiliki Reog Ponorogo,”pungkas Khofifah. (Adv/ay)
Komentar